BI Gandeng Pesantren Stabilkan Inflasi di Lhokseumawe
LHOKSEUMAWE, KANALSUMATERA.com - Untuk menstabilkan inflasi di Lhokseumawe, kantor perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe menggandeng dan mendorong pesantren di wilayah kerjanya agar bisa mandiri secara ekonomi. Hal tersebut dikarenakan pesantren memiliki potensi serta basis arus ekonomi yang kuat.
Kemandirian ekonomi tersebut didasari oleh kekuatan pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia yaitu, SDM pesantren yang memiliki jumlah dan ikatan komunitas yang kuat, apalagi di Aceh yang memiliki banyak pondok pesantren sehingga memiliki potensi sebagai sumber permintaan dan produksi berbagai kegiatan ekonomi.
“Kalau kita lihat berdasarkan data yang dimiliki kementerian agama, terdapat 1222 buah Pondok Pesantren di Provinsi Aceh dengan jumlah santri sebanyak 189.174 orang, ini dapat kita berdayakan sebagai basis SDM ekonomi melalui pengembangan berbagai hal, seperti pertanian, industri kecil serta perdagangan,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, Yufrizal kepada AJNN, Senin (11/2).
Sambungnya, Bank Indonesia punya tiga program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung sebagai basis arus ekonomi Indonesia. Yakni, pengembangan berbagai unit usaha berpotensi yang memanfaatkan kerjasama antar pesantren
Mendorong terjalinnya kerjasama bisnis antar pesantren melalui penyediaan virtual market produk usaha pesantren sekaligus business matching. Dan pengembangan holding pesantren dan penyusunan standarisasi laporan keuangan yang dapat digunakan oleh setiap unit usaha pesantren
“Hari ini kita melakukan panen perdana cabai merah di Pondok Pesantren Darul Ulum Al Munawwarah Desa Lhok Mon Puteh Kota Lhokseumawe. Panen perdana ini merupakan hasil dari program kemandirian ekonomi pesantren yang telah dilakukan KPw BI Lhokseumawe melalui budidaya cabai merah,” ujarnya.
Sambungnya, pembinaan yang dilakukan oleh KPw BI Lhokseumawe tersebut, selain memberikan bahan dan alat pertanian budidaya cabai merah, juga diberikan penyuluhan oleh tenaga ahli sehingga kompetensi para santri dalam hal budidaya cabai merah semakin mumpuni.
“Budidaya cabai merah dipilih untuk dikembangkan karena cabai merah merupakan salah satu komoditas yang berkontribusi terhadap inflasi di Kota Lhokseumawe yang rata-rata salam lima tahun terakhir berkontribusi sebesar 0,13%.
Sehingga dengan adanya program ini diharapkan mampu memberikan andil dalam menstabilkan inflasi tersebut. Dengan berbagai program tersebut, diharapkan pondok pesantren akan dapat menjadi sumber kekuatan ekonomi baru ditengah-tengah masyarakat serta dapat menjadi pionir dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia khususnya di Aceh,” pungkasnya.ajn/ks